Langsung ke konten utama

BUALAN


Sebenarnya tak ada yang perlu dirisaukan tentang ku. Saya bukan lelaki penganut bualan kata manis, tapi lumpuh praksis. Upaya membahagiakan-mu adalah perkara memotong waktu. Serupa membabat gerembolan rumbut liar dari halam rumah mu. Saya cukup membutuhkan parang kecil serta kelincahan gerak saja. Kamu tak perlu mengajari ku tentang hal-hal terkait pembuktian setiap kalimat yang ku lontarkan di malam itu. Sebab semua tentang ku adalah sejarah penaklukan. Termasuk kemampuan ku menaklukan jiwa subtil mu kandas di bawah kelenturan lidah ku. Bukankah dahulu saya adalah pribadi yang membuat mu gemas, meski sekedar berbisik dikuping mu.
Nampaknya kamu lupa, ketika saya dan dirimu melepas penat di sebuah warung makan, diringi suara parau pengamen jalanan. Saat itu saya hadir membuktikan kata dan janji ku tepat waktu. Walau memang urusan percintaan kita kali ini datang tak tepat waktu. Selalu ada penyesalan terselip dalam percakapan kita. Seperti ketika kamu mengatakan ‘’duh sayang ya.. nanti saat ini kita baru ketemu’’, atau dengan kalimat: ‘’coba saja kemarin kamu datang’’. Ah tak mengapa gumam ku, toh Hidangan Mie-Titi ini rasanya selalu sama, tak banyak yang berubah. Kecuali cara mu memperlakukan-ku, seolah saya adalah lelaki yang baru pertama kali pacaran. Sama seperti  kamu mengomentari  pengalaman ku menyantap mie titi itu.
Ah sudahlah, barangkali kamu butuh istirahat panjang, menenangkan pikiran mu, agar besok pagi pulih memanggil kenangan itu. Moment di mana kamu merasa diperlakukan sepantasnya dan sehormat-hormatnya.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Teori Budaya, karya David Kaplan dan Robert Manners

Antropologi “ metodologi dan pokok soal dalam penyusunan teori” Pada pembahasan awal Buku karya Kaplan dan Manners yang bertajuk teori budaya ( the teory of culture ) mengetengahkan masalah mendasar Antropologi sebagai suatu bidang pengetahuan yang mendisiplinkan diri dalam kaidah ketat epistemology,   pada akhir abad sem bilan belas. Menurut keduanya, pokok –pokok problem yang diperhatikan Antropolog dapat diringkas menjadi dua pertanyaan besar yang saling terkait, yaitu   pertama, bagaimanakah berkerjanya berbagai system budaya yang berbeda-beda? kedua, bagaimanakah sistem-sistem budaya yang beraneka ragam itu   mendapat tempat seperti saat ini? (Kaplan &Manners hal 2)                 Problem mendasar dalam uraian akademis yang dikemukakan oleh Kaplan dan Manners tersebut,   merujuk pada pemahaman mengenai perbedaaan   pada setiap budaya, baik dari segi ruang maupun waktu, dimana semua budaya sama. Sehingga keduanya beranggapan memungkinkan disiplin Antropologi t

Resensi: Simulasi dan Hiperrealitas dalam film SIMONE

   Ciri khusus genre film sains fiksi Holywood kerap kali mengetengahkan ide tentang keunguulan komputerisasi sebagai satu-satunya instrument penting industri film Amerika serikat dewasa ini. Ilustrasi dimensi ruang dan waktu dalam virtualisasi kapsul digital menjadi penanda dimulainya  era digitaliasi sebagai tema mainstrim performativitas film Holywood, setidaknya 10 tahun belakangan.       Dari sekian banyak film bergendre sains fiksi, salah satu yang masuk kategori film favorit-ku tahun 2011 jatuh pada SIMONE. Film besutan sutradara Anderew Nicola yang dibintangi aktor Alpacino ini, sempat direkomendasikan oleh ketua prodi Kajian Budaya dan Media, Prof. Heru Nugroho sebagai salah satu dari sekian banyak tugas mata kuliah teori kritis dan posmodernisme.       Sekedar catatan, melalui film ini setidaknya kita diajak berkenalan dengan sejumlah teori postmodernisme. Lewat Simone memungkinkan siapa saja bisa mengenaliasis fenomena  digitaliasi masyarakat kontemporer.  Ter

Menjadi Abnormal

#Tulisan lawas- Juli 2009     P erkembangan teknologi informasi memungkinkan siapa saja terlibat aktif menjalin hubungan dengan siapapun dan dimanapun. Perangkat jejaring sosial   yang akhir-akhir ini digandrungi hampir semua kalangan, menjadi petanda bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu instrument penting dalam   prasayarat pergaulan sosial. Meskipun stigma ini belum menjadi dasar   pembenaran.    Berbicara soal peluang dan kesempatan terkait situs jajaring sosial. Saya punya pengalaman unik, aneh dan mungkin bisa dibilang berlebihan. Kejadian ini bermula ketika   sebagian   teman-teman kampus   jadi pengguna aktif friendster salah satu situs jejaring sosial. Awalnya,   Jamil kerabat saya se-kampus dan juga se-kampung meperkenalakan mesin ini. Dari dialah cerita kecanggihan friendster yang katanya sanggup membuka akses komunikasi virtual dengan siapa saja dari pelosok dunia, terpaksa   saya mengharuskanya membuatkan accout di situs itu.      Sebena