Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Semacam Catatan Akhir Tahun

         2015 adalah tahun tidak produktif menulis.   Di blog saya hanya tercatat   tidak kurang 15 tulisan. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Kemalasan menulis berbanding lurus dengan kuantitas buku yang saya baca. Jika dikalkulasi dalam setahun ini, saya hanya tuntas   membaca   tidak kurang 13 judul buku. Ya benar, judul buku. Sungguh prestasi yang memalukan. 2015 adalah tahun paling sentimentil. Menguras emosi. Tidak saja isi otak tapi juga isi dompet.   Untuk urusan terakhir ini saya beberapa kali melewati kesempatan memiliki sejumlah buku favorit. Saya menghabiskan banyak waktu sekedar mondar mandir memilih kampus di sejumlah kota. Urusan mencari, menungu hingga mempersiapkan diri jika dipanggil mengikuti seleksi wawancara, kadang berbuah letih dan malas berkepanjangan, walau sekedar membaca buku dalam arti sesugguhnya, bukan membaca melalui gejet yang bekakang rutin saya jalani.   Akhirnya saya kapok ikut ikutan memberi catatan resolusi awal tahun. Sama saja.   Terhitung

Peluang

Pilihan bekerja di Jakarta adalah pilihan paling pelik. Sejumlah persoalan terkait rutinitas kota ini serupa cobaan hidup tak pernah berkesudahan. Energi warga Jakarta nyaris tak pernah habis   membahas kemacetan   di hampir semua ruas Jalan. Pesona Jakarta memang masih berdenyut kuat memanggil orang orang   di luar Jawa memilih kota ini sebagai arena kontestasi melawan derasnya   himpitan pertumbuhan ekonomi serta angka penagguran usia produktif yang terus meningkat. Sejak pertegahan Ramadhan 2015 saya sudah berada di Jakarta. Nyaris tak ada pilihan selain bertaruh memprediksi nasib, berekal ijazah S2 yang ku kantongi.   Semua kampus yang   memiliki program studi Ilmu Komunikasi di Jakarta, ku jajaki satu persatu memasukan lamaran sebagai dosen tetap. Alamdulliah hanya menggu kurang lebih sebulan, kabar gembira   perihal selesksi dosen, mulai ada kejelasan.   Universitas Indraprasta adalah Kampus   pertama   menerima saya mengajar di Prodi Desain Komunikasi Visual.   DKV ada

Ben Anderson…

Masih tentang Ben Anderson. Hari itu menjadi hari paling saya sesali dalam hidup,   ketika tahu Ben memberikan kuliah tamu di FIB   UI, tapi di saat bersamaan saya wajib menghadiri kegiatan pengabdian masyarakat sebuah SD di kota Bogor.   Kesempatan melihat langsung sosok scholar yang tercatat memiliki reputasi terkemuka   di bidang kajian   politik-pemerintahan itu harus ditukar dengan rutinitas lainya. Tiga hari sebelum mendapat tugas dari pimpnan Prodi, saya sudah menyiapkan diri, termasuk menghubungi teman yang bisa diajak saat itu. Jika diibaratkan meyaksikan langsung Ben Anderson memberikan kuliah, serupa mendapatkan hadiah malam Lailatul Qadri, ganjaran pahala seribu bulan.  sumber foto: news.babe.co.id Sebuah berita   pada Minggu malam di sosial media mengabarkan kematian Ben Anderson, sesuatu yang awalnya sukar dipercaya.   Tetapi, faktanya memang adanya, penyesalan bercampur kesedihan sesaat menyeruak di benak. Saya bukanlah orang yang begitu tekun membaca s