Langsung ke konten utama

Postingan

Dokumentasi Mahasiswa

Bulan lalu tepanya November 2014 jadi momentum penting bagi gerakan mahasiswa khusunya di Makassar. Pada bulan itu Presiden Jokowi yang baru saja menjabat, talah menaikan harga BBM subsidi. Posisi dan sikap saya tentu menolak kebijakan tersebut, meskipun saya tidak menyesal memilih Jokowi, tetapi tak akan berhenti mengkrtisi kebijakanya. Daya juang mahasiswa Makassar dalam setiap momentum terkait kebijakan tak populis pemerintah harus diperhitungkan serius dalam kekuatan politik tanah air.   Saya harus mengatakan bahwa poros gerakan mahasiswa Indoensia ini ditentukan dari daya ledak kemarahan mahasiswa Makassar. Saya bangga dan takjub karena pernah merasakan jalanan dan terik panasnya matahari saat menjadi mahasiswa Unhas. Bergabung bersama organisasi intra kampus, Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM-UNHAS) adalah tempat bagi saya dan teman2 membekali akal sehar agar tetap terawat utuh dan kritis. Di tempat ini saya tidak saja belajar jurnalistik dasar, tetapi melampaui itu,...

Taman Kota Kendari

Dibandingkan dengan kota-kota lain di Sulawesi yang pernah ku jajaki seperti Manado, Makassar, Gorontalo dan Palu, menurut ku Kendari belum banyak dijumpai public space yang representatif. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali, meskipun jumlahnya masih relativ minim. Tapi yang ada cukup ikonik dan startegis di tengah pusat kota. Sebut misalnya taman kota. Terletak di depan jalan menuju gerbang walikota ini telah menjadi salah satu ikon Kendari. Tiap sore banyak rutinitas warga, khususnya anak muda memanfaatkan lokasi ini untuk jogging ataupun kegiatan kesenian. Soal tempat ini bagi ku sudah ditetapkan sebagai tempat paling keren yang pernah saya temui di Kendari. Sejumlah Track khusus pejalan kaki juga banyak dimanaatkan untuk jogging, setiap sisi jalan dipenuhi pepohonan. Tentu ini sudah lebih dari cukup menambah kekhusyukan lari –lari kecil kala sore di kota ini. Jika tidak diingatkan Eka perihal program pemerataan perut, barang kali saya ketinggalan inormasi tetang...

Berhasil…Berhasil , Blog ku dipulihkan

      Hampir dua tahun saya mogok menulis di blog ini. Setalah tadi sore saya berhasil memecahkan katasandi yang sempat terhapus dari memori ku. Memang harus saya katakan, sejak tidak teraksesnya blog ini gairah menulis ku menurun drastis. Bahkan sampai pada kondisi terasa kaku lagi menulis feuture.           Dua tahun terakhir ini saya disibukkan oleh rutinitas jelng ujian tesis dan persiapan penempatan Calon Dosen DIKTI, cukup banyak menyita perhatian. Hingga catatan ini saya tulis, dan menyadari saya sekarang   tengah berada di   Kendari mengikuti penempatan di Universitas Halo Oleo pun terlewatkan ku catat di blog ini. Jika sebelumnya satiap moment menarik yang pernah kutemui kerap kali dijadikan objek tulisan, namun tidak dengan kondisi dimana akses ke blog ini macet rasanya semua menjadi tak berkesan. Hmmmm,   cukup disini saja curhatan ini, toh juga blog ku berhasil dipulihkan. Semoga saya masih bisa...

Review : ‘’Saussure And the Origin Of Semiotics’’. Karya Hodge dan Kress

Tulisan ini adalah hasil pembacaan saya atas artikel ‘’Saussure And the Origin Of Semiotics’’ karya Robert Hodge dan Gunther Kress, Professor semiotika pada University of Western Sydney dan Institute of Education University of London. Sekaligus tulisan ini ‘tiket masuk’ kelas semiotika media di prodi kajian budaya dan media.        Setelah membaca tulisan ini, saya mencoba memberikan beberapa tinjauan. Pertama, bahasa yang menjadi acuan lingustik Saussure terkait erat dengan proses yang ada dalam kehidupan manusia sebagai sebuah fakta sosial. Bahasa sebagai fakta sosial ini selanjutnya dianalisa berdasarkan strukturnya melalui penjabaran dikotomis antara: Langue dan Parole, sinkronis dan diakronis, signifier dan signified, serta sintagmatik dan paradigmatic. Sehingga dapat dikatakan semua realitas sosial bisa dianalisa berdasarkan pendekatan srtuktuktural yang tidak terlepas dari aspek kebahasaan (linguistic term) ketika membaca pemikiran Saussure seola...

ON A BUS EKA

Berawal dari perbincangan beberapa orang teman di Yogyakarta, perihal armada transportasi  darat khusus rute Yogyakarta- Surabaya. Kebanyakan mereka merekomendasikan bus EKA sebagai moda transportasi kelas eksekutif dengan tarif lumayan terjangkau. Berdasarkan tuturan dan kesaksian mereka, setidaknya saya mendapat gambaran bahwa bus EKA tidak hanya menyedikan jumlah armada yang relatif tersedia hampir setiap jam, namun armada yang mengawali rutenya dari Magelang- Surabaya pp ini, pun mampu menciptakan kenyaman selama perjalanan anda, meski dibandrol dengan tariff Rp.63.000 untuk rute jauh seperti Yogyakarta- Surabaya yang tergolong ‘murah’. Salain dua hal diatas tadi, salah satu keunggulan bus ini menurut versi mereka yang sudah loyal menjadi ‘jamaah’ bus ini, saban kali ke Surabaya adalah ketersedianya menu makan di rumah makan Duta Kabupaten Ngawi, Jatim. Dengan hanya mengeikhlaskan 63 ribu jumlah tersebut sudah termasuk memilih salah satu dari lima menu yang dikhususkan ...

Dari ART JOG 12 Hingga Representasi Subjek ‘Timur’

Takjub dan terkesima, mungkin terlalu berlebihan. Tetapi itulah ekspresi kekaguman ketika bertandang ke pameran seni rupa   terbesar di Yogyakarta. Mulanya saya sama sakali tidak menduga kalau event ini hanya sebatas ajang performatifitas seniman yang ada di yogya saja. Tapi dugaan itu harus ku koreksi ketika saya dan beberapa kawan baru mengetahui   bilamana pameran tersebut telah melibatkan kurang lebih 103 perupa, dari Indonesia dan beberapa seniman asing. Mendengar kabar itu saya sedikit bergumam, rupanya ini bakal menjadi moment sekadar memanjakan indera sembari belajar mengasah sensitifitas seni, sekaligus turut merayakan keberuntungan nasib memlih Yogya sebagai alternative pendidikan. Sebab kota ini  harus diakui, tergolong tidak pernah perhenti berdenyut dari aktivitas berkesenianya. Berlokasi di gedung kesenian Taman Budaya Yogyakarta, event Art-Jog12 ini berlangsung sejak 14 Juli hingga 28 Juli nanti. Nah, berikut ini saya sekedar menceritakan hasil pan...

Sejarah Pembangunan [Developmentalisme] (Telaah Arkeologi Foucultian Dalam Diskursus Pembangunan/Dunia Ketiga)

Latar belakang tulisan ini adalah respon dari keterlibatan saya dalam perbincangan mengenai polemik kedudukan postrukturalis dalam tataran metedologi dan ranah praksis. Konon, kedua tataran tersebut  mendapat gugatan karena dituding mengalami keretakan epistemologi dan ontologi dalam memahami kemelut kapitalisme. Hingga pada akhirnya, diklaim terjebak dalam kehanyutan kemapanan ‘’status quo’ ilmu pengetahuan [?]         Namun, melalui tulisan ini saya tidak berhasrat ingin mempertanyakan lagi perihal argument tersebut. Akan tetapi, saya hanya ingin menunjukan sumbangsi pemikiran Foucault dalam Cultural studies dan kajian ilmu sosial kontemporer.    Mengawali tulisan ini saya mencoba memberikan tinjaun seputar penerapan konsep kekuasaan (power) perspektif Foucaultian. Terutama terkait pada bagaimana kekuasaan menjadi  instrumen utama dalam mengamati  ketimpangan yang dilatari oleh adanya kekuatan 'dominan' dalam peta sejar...