Langsung ke konten utama

Postingan

Review: A New Criminal Type In Jakarta, Karya James T. Siegel (Sebuah Ulasan Etnografi Media)

Buku: A new Criminal Type In Jakarta Di awal pembukaan (pendahuluan) buku ini, Antropolog James Siegel mencoba mengintrodusir persitiwa   penting dalam sejarah Indonesai pada tiga gelombang utama, meliputi:   tahun 1949 peralihan kedaulatan dari Belanda   kepada Negara Indonesia merdeka. Gelombang berikutnya Siegel menempatkan peristiwa pada tahun 1948, selama berkecamuknya revolusi, kaum yang mengkalim dirinya sebagai nasionalias memerangi golongan komunis yang sebenarnya juga nasionalias. Hasilnya fakta sejarah terungkap bahwa   angka kematian dipastikan tergolong besar. Kemudian pada tahun 1965, terjadi pembantaian orang-orang komunis Indonesia dan siapa saja yang dituduh komunis   (Siegel:2000: 1) Tiga gelombang besar ini bagi Siegel setidaknya menjadi penanda, betapa pembantaian/pembunuhan menjadi dalih yang sekaligus ambigu demi membenarkan perilaku dan tabiat rezim berkuasa (baca: orde baru). Secara   kritis Seigel telah memberikan petunjuk ‘ide...

Mahalnya Bea Masuk Candi Prambanan

Setalah sekian kali tertunda semenjak enam bulan berada di Yogyakarta, baru pada awal Februari 2012 ini, saya berkesempatan mengunjungi Candi Prambanan. Entah sudah berapa kali saya merencanakan, namun seringkali pula urung dieksekusi. Padahal soal jarak tempuh tidak terlampau jauh. Kurang lebih sekitar tiga puluh lima menit jika mengambil pilihan mengunakan roda dua dari Yogya menuju ke timur arah Solo hingga di perbatasan antara Yogyakarta dan Surakarta, dimana kompleks candi Hindu itu “membeku” selama beradab-abad. Salah satu tempat tujuan wisata yang masuk daftar tiga besar tempat wajib ‘segera’ dikunjungi dalam catatan-ku selama di kota ini akhirnya tercapai. Namun, pengertian ‘segera’ disini sudah tidak berlaku lagi. Meningat rentang waktu untuk itu sudah tidak memungkinkan- bagi pribadi yang doyan menunda-nunda waktu- kayak saya ini. Belum lagi, dalam catatan-ku urutan papan atas tempat wisata nomor wahid seperti candi Borobudur di Magelang nyatanya belum juga didatangi. Berunt...

Resensi: Simulasi dan Hiperrealitas dalam film SIMONE

   Ciri khusus genre film sains fiksi Holywood kerap kali mengetengahkan ide tentang keunguulan komputerisasi sebagai satu-satunya instrument penting industri film Amerika serikat dewasa ini. Ilustrasi dimensi ruang dan waktu dalam virtualisasi kapsul digital menjadi penanda dimulainya  era digitaliasi sebagai tema mainstrim performativitas film Holywood, setidaknya 10 tahun belakangan.       Dari sekian banyak film bergendre sains fiksi, salah satu yang masuk kategori film favorit-ku tahun 2011 jatuh pada SIMONE. Film besutan sutradara Anderew Nicola yang dibintangi aktor Alpacino ini, sempat direkomendasikan oleh ketua prodi Kajian Budaya dan Media, Prof. Heru Nugroho sebagai salah satu dari sekian banyak tugas mata kuliah teori kritis dan posmodernisme.       Sekedar catatan, melalui film ini setidaknya kita diajak berkenalan dengan sejumlah teori postmodernisme. Lewat Simone memungkinkan siapa saja bisa m...

Indusrti Budaya Ditengah “Pencerahan” yang Menipu

Review : The cultural industry: Enlightemant as mass deception ( Max Horkheimer dan Theodore Adorno) M ax Horkheimer dan Theodore Adorno, pentolan pemikir madzhab Frankfrut melalui tulisan-nya “ The cultural industry: Enlightement as mass deceptiont”, secara tajam mengkrtisi fenomena industri budaya pada sekitaran tahun 1950-an- yang dinilai masih menuai problem. Budaya massa menurut mereka terjebak dalam istilah “pencerahan”. Dimana pencerahan tersebut justru terkandung penipuan/muslihat di dalamnya. Pencerahan: ilusi dan manipulasi massa             Bagi Adorno dan Horkhaimer, kehadiran media massa seperti televisi, film dan majalah (untuk konteks saat itu ) turut andil dalam perkembangan industry budaya. Betapa tidak, kehadiran media massa tersebut berhasil melakukan standarisasi serta penyeragaman terhadap produk budaya. Masayarakat/khalayak baik secara sadar dan tidak, ternyata telah digerakan secara masif membutuhkan  ...

Jalan-jalan ke museum permainan anak - kolong tangga Yogyakarta

Oleh: Nur Allan Lasido Kontributor: jurnal tanggomo di Yogyakarta Saat memasuki kompleks taman budaya Yogyakarta, di akhir pekan, 21/10. Nampak keramain cukup memadati kawasan kebanggan warga yogjakarta itu. Sesuai informasi, taman budaya yogjakarta tersebut,di dalamnya terdapat museum yang dikhsuskan untuk koleksi permainan anak – anak, baik dari Indonesia juga mancanegara. Bertempat di lantai dua, gedung Societe, meski bukan museum besar tetapi masih menyimpan koleksi original, museum ini hadir menyapa ruang memory masa kecil bagi pengunjung dewasa seperti saya ini. Sebelum masuk dan mendaftarkan diri sebagai pengujung,saya berhenti sejenak sekedar mengamati dari bilik jendela kaca . Nampak kesan dunia anak-anak begitu terasa, dalam benak, saya menemukan diriku 16 tahun lalu. Bergegas saya menuju tempat membelian tiket, tidak jauh dari saya berdiri, dua boneka berukuran jumbo siap menjamu anda. Setelah mendaftarkan diri, saya ditemani Primi, salah seorang pemandu yan...