Langsung ke konten utama

Selamatkan Pendidikan Indonesia dari Doktrin Globalisasi

Nur Allan Lasido

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengantar manusia pada kondisi dimana semua akses nyaris begitu mudah dijangkau. Kedahysatan era ini terjawab pada gerak nalar intelektual menciptakan penemuan perangkat teknologi muktahir, sesuai kebutuhan masyarakat modern. Jauh sebelum itu, kemampuan daya cipta manusia hanya sebatas menerjemahkan anasir-anasir semesta. Alam adalah titik sentrum dan manusia berada di bawah kendali alam. Saat itu babak sejarah manusia mulai menemukan bentuk baru; sebuah bentuk evolusi pikiran



Seperti saat ini, manusia telah menghilangkan semua tapal batas penghalang segala eksperasi dan kreativitas otak. Penanda-penanda zaman pun satu-persatu diidentifikasi sebagai penghubung antar waktu. Hingga akhirnya, manusia menjadi konektor antar waktu yang berjarak itu. Manusia tak-lain adalah aktor (Agen) pembaru yang “mulai” tercabut dari akar peradabannya. Dalam bahasa sederhana dikatakan manusia cenderung tidak manusiawi lagi. Aspek humanis yang melekat pada dirinya dimangsa habis-habisan oleh perilaku tamak dan serakah.

Inilah era dimana dunia dikuasai segelintir orang dan memiskinan jutaan lainya. Sebuah zaman yang diyakini sebagai pembawa berkah bagi mereka yang diuntungkan secara politis maupun ekonomis dengan berbekal kekuasaan. Globalisasi adalah nama agung era ini. Zaman yang kini terlanjur diterima sebagai konsekuensi logis gerak sejarah.

Globalisasi adalah istilah yang sempat mewacana pada pemerintah Orde Baru. Melalui institusi pendidikan, ide globalisasi mendapat tempat khusus dalam rangka memasifkan gagasannya. Masih ingatkah betapa lugunya kita didongengi tentang janji manis globalisasi. Istilah pasar bebas, kompetisi di bidang perdagangan dan pintu gerbang menuju sukses sebagi ciri era itu terasa tidak asing di telinga kita kala itu.

Seperti yang diungkapkan Louis Althusser seorang filsuf Perancis, pendidikan adalah bagian terpenting dari agent apparatus ideology. Sebuah sistem yang bekerja pada ketidaksadaran manusia melalui doktrin pikiran (ideologi). Merujuk teori Althusser ini maka doktrin globalisasi berhasil merasuki pikiran dan mengklaim dirinya sebagai gerbang menuju “kemajuan” dari segala aspek. Pengertian dan pemahaman sempit ini bahkan menjelma dogma, tak peduli masih banyak yang salah kaprah dan terjebak pada politik bahasa yang sengaja dihembuskan.

Selanjutnya muncul pertanyaan, “Mengapa globalisasi –yang identik dengan pasar bebas- bisa dipahami sebagai kemajuan dari aspek teknologi, ekonomi dan politik; bahkan negara jadi aktor dalam melegitimasi gagasan ini?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut tengoklah Sistem Pendidikan Indonesia (SPI). Sistem ini telah men-setting arah dan tujuan dimana pedagogi menjadi penopangnya. Sistem pendidikan kita telah dicederai dengan menghadirkan format yuridis bernama Undang-Undang BHP. UU ini menurut pemerhati pendidikan Alm DR. Mansyur Semma menyebutnya sebagai neokolonialisme gaya baru yang masuk melalui pendidikan. Sistem ini bisa membodohi rakyat karena lebih mengedepankan aspek komersial dan libralisasi. Saat ini UU BHP memang telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, namun bukan berarti segala bentuk aturan yang menyerupai undang-undang ini telah berakhir. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah mempersiapkan aturan pengganti BHP.

Sementara itu, terkait wajah “kusam” Pendidikan Indonesia, mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman adalah seorang yang dikenal sangat pragmatis, memandang pendidikan hanya sebagai instrumen dari industri. Ia mengistilahkan pendidikan harus siap pakai. Pengertian siap pakai di sini mengacu pada kepentingan industri. Konsepnya mengenai pendidikan link and macth, mencerminkan pandangannya bahwa pendidikan menjadi subordinat dari sektor industri, karena corak pendidikan tidak ditentukan oleh peradaban yang ingin dibangun, tapi oleh kebutuhan tenaga kerja di sektor industri. Tapi konsep link and match itu gagal dengan sendirinya ketika Indonesia dilanda multi krisis dan banyak industri nasional yang rontok.

Pandangan mantan menteri pendidikan tersebut bertolak belakang dengan argument Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang secara manifest mengatakan tujuan pendidikan adalah “memanusiakan manusia”. Namun sayang slogan itu kini tinggal kenangan. Komersialisasi dan privatisasi pendidikan adalah produk globalisasi dan tentunya tidak dapat dilepas-pisahkan dari perkembangan kapitalisme dalam segala wajudnya. Atau dalam istilah David Harvey, “Globalisasi adalah anak yang lahir dari rahim kapitalisme”.


Sejarah Kelam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Ketika tembok feodalisme dan kebuduyaan lama mulai lenyap, ilmuan tampil bak pahlawan. Berkat kemampuan penalaran (rasional) yang menjungkir balik kemampuan manusia dalam memprediksi akibat-akibat di luar nalar dianggap tak layak pakai. Umat manusia pun meyakini abad pencerahan, dimana ilmu pengetahuan menjadi primadona untuk mengungkap segala persoalan yang dikandungnya. Realitas dan fakta sosial menjadi rebutan. Bahkan tak jarang kerap kali dieksploitasi demi sebuah mimpi besar yang disebut “Kemajuan”. Mimpi ini harus ditafsir dengan menanggalkan mitos besar pengetahun yakni netralitas dan bebas nilai. Bukan tanpa alasan mitos besar ini merupakan protagonis dari cara berpikir masyarakat modern yang tak lain adalah sebuah revolusi berpikir intelektual borjuis.

Terkait dengan hal ini, kritik terbesar yang dikemukakan oleh jebolan generasi pertama Frankfut Scholl, Prof. Theodore Adorno bahwa ilmu pengetahuan (ilmiah) memiliki cacat bawaan. Dimana ilmu pengetahuan (saintifik) menjadi mesin dan alat kontrol kekuasaan. Bukan lagi sesuatu yang laten (tersembunyi) bahwa pengetahuan pun telah dikanalisasi pada suatu ideologi dominan. Secara subjektif penulis menyebutnya ideologi kapitalisme. Munculnya perang dunia pertama maupun kedua adalah bukti dari ilmu pengetahuan beserta intelektual yang menghasilkan teknologi perang, memiliki wajah ganda. Perangpun jadi solusi penyelesain konflik. Alih-alih memperjuangkan perdamaian, yang ada justru berujung pada penguasaan kekayaan sumber daya alam.

Pada posisi ini peran intelektual beserta penemuanya justru digunakan sebagai alat legitimasi pemerintah menjalankan agenda dominasinya, termasuk sistem ekonomi neoliberal. Contoh kongkritnya ketika sistem ekonomi politik neolibralisme ini dicetuskan pada dekade 1950-an di Inggris dan USA telah berdiri dua institut studi kebiajkan ekonomi yang sengaja dibangun untuk menopang dan mendukung secara teoritis dan koseptual tentang tatanan ekonomi dunia yang berwatak neoliberalisme.

Dua lembaga pendidikan itu adalah The Institut of Economic Affairs (IEFA) dan Center for Policy Studies (CPS) serta di USA Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas California atau lebih populer disebut Brakley School. Rezim Orba saat berkuasa pernah mendidik kalangan ekonom liberal Indonesia di universitas California seperti, Prof Dr Widjojo Nitisastro sebagai suhunya (ketika itu Ketua Bappenas), Prof Dr Mohamad Sadli (Ketua BKPM), Prof Dr Aliwardhana (Menteri Keuangan), Prof Dr Subroto, Prof Dr Emil Salim, Prof Dr Frans Seda, Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo, Drs Radius Prawiro (eks Gubernur BI). Mereka inilah peletak dasar pembangunan Indonesia model Orba. Para ‘mafia’ ini sempat bersinergi erat dengan pihak militer sejak 1957 lewat Seskoad di Bandung, tempat Soeharto pernah menimba ilmu. (Harsutejo:2007)

Menurut ahli ekonomi keuangan, Ramparts dan David Ransom dalam The Berkeley Mafia and the Indonesian Massacre, menyebutkan pemerintahan yang dikendalikan para ekonom Mafia Berkeley ini selain menunda pembayaran utang luar negeri selama beberapa tahun, mereka juga menggalang pembuatan utang luar negeri baru, dan membuka pintu bagi masuknya investasi asing secara besar-besaran ke Indonesia.

Selain itu, kehadiran Mafia Berkeley yang tidak dapat dipisahkan dari proyek besar kapitalisme internasional untuk menggulingkan Soekarno telah hadir jauh sebelum Soekarno digulingkan. Mafia Berkeley bekerja keras mempersiapkan segala alat legitimasi, berupa Undang Undang, rencana pembangunan, dan proposal pinjaman, yang memungkinkan bekerjanya tangan-tangan kapitalisme internasional dan pemerintahan tangan besi di tanah air.

Maka jangan heran, cap ekonom pro neoliberal disandingkan pada kawanan alumnus Brekley ini. Semua pembenaran secara ilmiah telah di-setting dan diarahkan pada sistem ekonomi yang sampai saat ini telah menggurita dan meninggalkan sang jawara negara maju seperti USA dan beberapa negara di Kawasan Eropa sebagai pemenang. Contoh ini sekaligus menjadi bukti bahwa kekuasaan mampu menaklukan ilmu pengetahuan serta mampu mengkonstruksi institusi pendidikan sesuai kepentingan rezim yang berkuasa.

Pendapat Michel Foucault bisa menjadi rujukan. Menurutnya dalam seperangkat pengetahuan mengandung manifestasi kekuasaan. Kekuasan tidak harus terbentuk dalam kerja mekanis atau linier melainkan diproduksi secara interaksional dalam wacana masyarakat. Ketika wacana atau pengetahuan tersebut diyakini maka di sanalah kekuasaan bekerja. Tidak salah kalau wacana ideologi sangat efektif jika ditransmisikan oleh seperangkat pengetahuan yang membentuk perangkat disiplin masyarakat. Pengetahuan ini dibentuk dan dikonstruksi oleh negara terutama lembaga pendidikan.

Namun, jujur harus diakui, institusi pendidikan kita belum mampu menjalankan fungsi hakikinya di tengah-tengah perubahan dan dinamika budaya yang terus berkembang. Akibatnya, lahirlah individu-individu berwatak korup seperti yang saat ini publik sering saksikan. Bahkan telah memposisikan Indonesia sebagai negara nomor wahid terkorup di kawasan Asia Pasifik. Sungguh memalukan! [V] Dari berbagai sumber.

Komentar

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

    Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

    Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

    Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

    Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Teori Budaya, karya David Kaplan dan Robert Manners

Antropologi “ metodologi dan pokok soal dalam penyusunan teori” Pada pembahasan awal Buku karya Kaplan dan Manners yang bertajuk teori budaya ( the teory of culture ) mengetengahkan masalah mendasar Antropologi sebagai suatu bidang pengetahuan yang mendisiplinkan diri dalam kaidah ketat epistemology,   pada akhir abad sem bilan belas. Menurut keduanya, pokok –pokok problem yang diperhatikan Antropolog dapat diringkas menjadi dua pertanyaan besar yang saling terkait, yaitu   pertama, bagaimanakah berkerjanya berbagai system budaya yang berbeda-beda? kedua, bagaimanakah sistem-sistem budaya yang beraneka ragam itu   mendapat tempat seperti saat ini? (Kaplan &Manners hal 2)                 Problem mendasar dalam uraian akademis yang dikemukakan oleh Kaplan dan Manners tersebut,   merujuk pada pemahaman mengenai perbedaaan   pada setiap budaya, baik dari segi ruang maupun waktu, dimana semua budaya sama. Sehingga keduanya beranggapan memungkinkan disiplin Antropologi t

Resensi: Simulasi dan Hiperrealitas dalam film SIMONE

   Ciri khusus genre film sains fiksi Holywood kerap kali mengetengahkan ide tentang keunguulan komputerisasi sebagai satu-satunya instrument penting industri film Amerika serikat dewasa ini. Ilustrasi dimensi ruang dan waktu dalam virtualisasi kapsul digital menjadi penanda dimulainya  era digitaliasi sebagai tema mainstrim performativitas film Holywood, setidaknya 10 tahun belakangan.       Dari sekian banyak film bergendre sains fiksi, salah satu yang masuk kategori film favorit-ku tahun 2011 jatuh pada SIMONE. Film besutan sutradara Anderew Nicola yang dibintangi aktor Alpacino ini, sempat direkomendasikan oleh ketua prodi Kajian Budaya dan Media, Prof. Heru Nugroho sebagai salah satu dari sekian banyak tugas mata kuliah teori kritis dan posmodernisme.       Sekedar catatan, melalui film ini setidaknya kita diajak berkenalan dengan sejumlah teori postmodernisme. Lewat Simone memungkinkan siapa saja bisa mengenaliasis fenomena  digitaliasi masyarakat kontemporer.  Ter

Menjadi Abnormal

#Tulisan lawas- Juli 2009     P erkembangan teknologi informasi memungkinkan siapa saja terlibat aktif menjalin hubungan dengan siapapun dan dimanapun. Perangkat jejaring sosial   yang akhir-akhir ini digandrungi hampir semua kalangan, menjadi petanda bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu instrument penting dalam   prasayarat pergaulan sosial. Meskipun stigma ini belum menjadi dasar   pembenaran.    Berbicara soal peluang dan kesempatan terkait situs jajaring sosial. Saya punya pengalaman unik, aneh dan mungkin bisa dibilang berlebihan. Kejadian ini bermula ketika   sebagian   teman-teman kampus   jadi pengguna aktif friendster salah satu situs jejaring sosial. Awalnya,   Jamil kerabat saya se-kampus dan juga se-kampung meperkenalakan mesin ini. Dari dialah cerita kecanggihan friendster yang katanya sanggup membuka akses komunikasi virtual dengan siapa saja dari pelosok dunia, terpaksa   saya mengharuskanya membuatkan accout di situs itu.      Sebena