Langsung ke konten utama

Postingan

Catatan yang tercecer: Mitos Indonesia Merdeka: Agenda Pemiskinan Tanpa Jedah

Bagi seorang yang berusia 64 tahun pahit getir kehidupan tentu sudah termatangkan. Romantisme masa muda kini tinggal kenangan. Tak jarang disetiap moment bersejarah tak luput diabdikan sebagai bukti eksitensi keberadaaan kita. Manusia selalu berusaha memberi kenagan bagi dirinya. Potret buram maupun sketsa gemilang dan jejak prestasi terus diupayakn untuk diabadikan. Wajar, usia manusia diberi jedah untuk bertahan di kolong bumi ini. Belum lagi penada usia semakin mencolok. Secara fisik daya cangkau mata mulai mengabur. Rambut mulai beruban dan paras wajah menampakan keriputan. Daya tahan tubuh mulai rentan terhadap lingkungan. Sebuah penanda kalau usia kita tidak lagi mudah. Tetapi belum tentu mereka rentah. Daya pikir mereka masih optimal dan tak jarang masih kita temukan karya-karya besar mereka digoreskan saat usia mulai senja itu.Mari kita bandingkan dengan orang-orang yang ada disekitar kita yang tahun kelahiranya samA dengan tahun Indonesia diproklamirkan. Pasti kondisinya berb...

Catatan Filsafat Komunikasi. (Mengenal Filsuf Komunikasi Kontemporer "Jurgen Habermas")

Jurgen Habermas adalah filsuf kontemporer yang paling terkenal di Jerman dan juga menghiasi panggung filsafat internasional. Ia dilahirkan pada 18 Juni 1929 di daerah Dusseldorf Jerman. Habermas merupakan anak Ketua Kamar Dagang propinsi Rheinland – Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan di Gummersbach, sebuah kota menengah di Jerman dengan dinamika lingkungan Borjuis-Protestan. Pada tahun 1953, ketika Habermas sedang sibuk menulis disertasi doktor, ia menerbitkan artikel yang berjudul “Berpikir Bersama Heidegger Melawan Heidegger”. Di lingkungan filsafat akademik Jerman pasca kehancuran akibat Perang Dunia II, Heidegger bagaikan tiang penunjang yang diandalkan, jembatan antara dunia yang berantakan sehabis Hitler dan tradisi luhur filsafat Jerman. Dengan sangat kritis, Habermas berujar “Ingatlah, bagaimana dulu Heidegger menuji Nazi” Bahkan filsafat Heideggerpun dicela Habermas, “bisa dipakai untuk apa-apa saja”. Habermas berhasil menyelesaikan disertasinya pada 1954 di Univer...

TOMANURUNG

Bermula pada suatu petang di ruang redaksi, perdebatan itu mulai menderu. Beberapa pendapat mengemuka. Adu argument cukup menghangatkan suasana gerimis kala itu. Tidak seperti biasa ruangan 10 x 10 meter itu berubah menajdi panggung debat. Masing-masing diantara kita(wartawan) mencoba berskpekulasi tentang siapa sosok tumanrung yang diyakini sebagai manusia titisan dewa turun dari kayangan sebagai penyelamat umat yang diterba maslah. Tak ayal sosok ini dinobatkan sebagai raja gowa pertama pada dekade 1300-an. Singkat cerita akhirnya mitos tumanurung ini menajdi catatan penting diatas meja redakasi. Meski gerimis usai berulah,tetap saja suara debat kami masing mengema menebus malam yang kian berjarak itu. Beberapa legenda tentang kehadiran sosok agung yang digambarkan sebagai ratu adil pembawa bahtera kedamain bagi suatu kaum memilki beragam kisah.Tidak hanya itu, setiap jalinan kisah senantiasa meninggalkan tafsiran dari beragam versi. Tak ayal banyak budayawan berpendapat, sejarah ...

Murah Tapi Tidak Murahan : Bandara Sultan Hasanuddin

Saat ini pengguna transportasi udara, baik wisatawan asing maupun domestik yang berpergian dengan tujuan bisnis atau sekadar menikmati keindahan dan pesona alam suatu kawasan, tentunya lebih mengutamakan aspek kenyamanan yang didukung oleh sejumlah fasilitas penunjang sebuah bandara. Berdasarkan keterangan majalah Travel Trend, sebuah media publik yang fokus pada Aviation, Tourism dan Lifestyle mengatakan “Sejumlah bandara di dunia terus berlomba meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan. Salah satunya Bandara Changi di Singapura. Bandara terbaik se-Asia ini menghadirkan sejumlah fasilitas modern dan canggih. Seperti Hotel Bandra, restoran, pusat kesehatan hingga kolam renang bisa dinikmati di Changi. Begitupun di Eropa, ada Bandara Zurich dan Bandara Munich di Jerman cukup tersohor sebagai bandara terbaik kelas dunia. Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan fasilitas bandara di Indonesia, mengingat kemegahan bandara tersebut setara dengan kemajuaan negara dimana bandara i...

BERTAHAN DI LAHAN PARKIR

Arak-arakan sejumlah mahasiswa bertalu memecah kebisingan ruas jalan Perintis Kemerdekaan. Sekitar dua puluhan muda mudi melaju dengan kecepatan sedang, merapat pada sebuah lahan parkir rumah makan lesehan. Petang itu, lesahan yang berbahan dasar bambu tersebut, seolah menjadi milik puluhan pengendra itu. Biasanya konvoi kendaraan seperti ini kerap kali ditemui saat unjuk rasa di jalan Utama Kota Mkaassar. Namun sore itu kondisinya agak berlainan. Biasanya mereka (mahasisiswa) unjuk rasa berkonvoi memadati ruas jalan dengan sejumlah petaka dan setumbuk ban bekas, kali ini kondisinya memamng nyaris sama hanya saja titik kumpulnya berbeda . Salah seorang dari kerumunan pengendara motor, berlaga layaknya kordinator lapangan, berdiri di bibir jalan sambil mengegam ponsel memberi penjelasan titik kumpul yang berlokasi di rumah makan itu. Namun sayang dugaan ku meleset, ternyata unjuk rasa yang sedari tadi diprisdiksi bermakna lain. Mahasiswa itu ternyata “unjuk rasa” mencicipi jatah mak...

LONTARA MAKASSAR

Penemuan tulisan adalah sebuah prestasi pencapaian kebudayaan yang tinggi dalam sejarah peradaban umat manusia (Coulmas 1984:4) Tulisan merupakan manifestasi kebudayaan tertinggi manusia. Seperti wujud kebudayaan lainnya, tulisan melampaui kuasa zaman sebagai atribut penting bagi entitas suatu bangsa. Segenap pemikiran dan kreatifitas peninggalan manusia dapat terawat utuh pada memori sejarah berkat dorongan yang kuat dari dalam diri sang penciptanya untuk mengabadikan hasil-hasil pemikiran mereka, yang akhirnya dikenang setiap saat ataupun diwariskan ke generasi keturunannya. Tulisan lahir dari sebuah aksara kemudian dirumpun dan melahirkan sebuah bahasa yang memiliki makna tentang apa yang dituliskan para penulisnya. Namun, dari ratusan bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Marauke, tidak semuanya memiliki aksara untuk merekam nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat pemilik bahasa itu. Beruntunglah Suku Makassar mampu mempertahankan warisan budaya literal tersebut. S...

Masjid Raya Makassar

Saat adzan menyahut pada Dzuhur kala itu, suasana Masjid Raya Makassar berubah menjadi sentrum bagi jiwa yang terpanggil. Siang itu, masjid yang dibangun pada 1949 masih menyisahkan kerinduan. Sebuah kerinduan berbalut jiwa yang sublim akan keridohan sang Khalik. lalu lalang jamaah dari beberapa titik keramaian bergegas menuju tiga penjuru gerbang masuk, seolah menjadi petanda bahwa masjid ini masih kuasa bertahan dari hirukpikuk aktivitas ekonomi di jantung keramaian kota metro Makassar. Sepintas, mungkin tidak ada yang tahu, kalau tanah lapang yang kerap kali dijadikan lapangan sepak bola itu menjadi lokasi berdirinya Masjid Raya megah yang dilengkapi berbagai fasilitas dan dapat menampung 10 ribu jemaah di atas tanah seluas 13.912 meter persegi Masjid Raya Makassar awalnya dirancang M Soebardjo atas petunjuk KH Ahmad Bone. Ulama asal Kabupaten Bone itu berniat membangun sebuah masjid dengan biaya sebesar Rp 60.000 di tahun 1947. Kala itu bangunan pertama masjid hanya terbuat dari ...