Apa yang sesungguhnya
terjadi ketika sebagian eksperasi orang islam di Indonesia saat ini
terlampau sentimentil ketika bersingungan dengan sesuatu yang
dilekatkan pada citra islam. Mulai dari urusan KTP, transportasi,
Hotel, Patung, orintasi seksual, busana, hingga urusan sendal, semua
dilihat secara agamais. Tentu ini tidak salah, namun ketika
membincang hal itu dengan sikap emosi dan tidak mengedepankan sikap
toleraan, penghakiman atas kepercayaan sesorang atau kelompok agama
atau ajaran lainya, itu yang mesti diperiksa, apakah wajah islam
seperti inikah yang diajarkan oleh rasulullah? Saat perbedaan
pandangan mesti terselesaikan dengan kemarahan bukan keramahan.
Sosial media adalah
ruang paling ribut membincangkan semua yang terkait ataupun yang
sengaja mengaitkan dengan urusan moral purba manusia, yaitu perkara
berkeyakinan . Sentimen 'islam' bagi mereka yang terlampau meyakini
ajaran moral mereka paling benar merasa berhak angkat bicara
meneriaki segala hal yang berbeda, dengan cara menebar kebencian dan
ancaman.
Era keterbukaan
infromasi saat ini telah dimanfaatkan menebar kebencian tanpa memilik
pendasaran rasional. Kemuliaan manusia seolah dimentalkan demi sebuah
kepercayaan yang merasa paling benar. Mereka lupa bahwa agama yang
dibelanya adalah pelatak dasar sisi kemanuasian paling luhur yang ada
di muka bumi. Simak bagaimana akhlak seorang mantan menteri dari
PKS. Ia menyerukan kemarahan bagi mereka yang memilki berbedaan
orientasi seksual. Di era ini, ketika teknologi dan infromasi kian
malampuai aktivitas manuasia tetapi masih menyisahkan orang-orang
yang kurang mengasah nalar dan empatinya bagi kemanusian.
Komentar
Posting Komentar