Pada bagian pertama dari bab ini, penulis (Daniel Dhakidae) mencoba mengintrodusir ekspresi kekuasaan melalui bahasa dengan menelaah perangkat bahasa seperti akronim, eufemisme dan dsfemisme. Bagi penulis dngan memerikasa perangkat bahasa ini ia ingin menunjukan betapa rezim orde baru telah memaminkan peran strategis bahasa yang signifikan demi menancapkan dan mempertahankan kekuasaanya . Dengan mengunakan konsep pemikiran filsuf Michel Foucault penulis melihat bahwa kekuasaan itu beroprasi dengan mengunakan teknologi bahasa dari starta yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Misalnya ketika penulis memasukan kasus akronim SDSB (sumbangan dana sosial berhadia) yang diplitir menjadi (Suharto Dalang Bencana) oleh direktur yayasan pijar. Namun belakangan terkuak fakta bahwa SDSB tidak lebih dari judi. Pemerintah berdiri berseberangan dengan masyarakat. Pemerintah berdalih sumbangan itu adalah murni untuk bantuan sosial. ...